Jumat, 04 September 2009

Mahathir Mohamad

Stop Pendangkalan Islam

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengimbau agar para ulama dan intelektual Muslim menghentikan penyebaran interpretasi dangkal dan keliru tentang Islam. Para ulama seharusnya tidak menyebarkan ajaran-ajaran yang membingungkan dan memecah belah jemaah, dan sebaiknya mengajarkan ilmu pengetahuan modern sehingga masyarakat Muslim dapat diperhitungkan lagi di mata dunia.

Ia mengatakan keterbelakangan dan penderitaan yang dialami umat Islam di seluruh dunia adalah akibat kesalahan sendiri. Sekarang umat Islam yang berjumlah 1 miliar jiwa, masih jauh dari posisi sebagai sebuah kekuatan dunia. Bahkan umat Islam mudah ditindas dan ditaklukkan dalam perang dan terpaksa menerima kekuasaan dan hegemoni asing. Hal ini karena pengajaran agama yang salah. Menurutnya, terorisme bukanlah cara untuk menyelamatkan Islam.

Mahathir mengemukakan hal itu dalam acara Konferensi Internasional Para Ulama Islam yang berlangsung selama tiga hari di Kuala Lumpur, pekan kedua Juli 2003 lalu. Mahathir yang akan pensiun Oktober mendatang, setelah 22 tahun berkuasa, di hadapan sekitar 800 ulama Islam peserta konferensi, yang datang dari 35 negara, menyatakan, sebagian pemimpin agama telah membuat umat Islam sekarang bingung, terpecah-belah, serta tak mampu mengikuti perubahan-perubahan dunia.

Menurutnya, sebagian tampaknya meyakini bahwa mereka dapat benar-benar menjadi orang Islam hanya dengan menciptakan kembali cara hidup dari masa 1.400 tahun lalu (zaman Nabi Muhammad SAW). "Kejayaan yang pernah dicapai peradaban Islam, di mana terjadi kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan, telah berakhir karena para pemimpin Islam mulai menentang sikap liberal terhadap kajian-kajian non-agama ini. Satu-satunya yang boleh dipelajari hanyalah bidang-bidang yang berkaitan dengan agama Islam,” katanya.

Mahathir menyatakan satu-satunya kesimpulan yang dapat ditarik dari takdir menyedihkan kaum Muslim adalah bahwa mereka tidak mempraktikkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Juga, bahwa agama Islam yang mereka peluk telah ditafsirkan secara salah.

Satu hal yang keliru menurut Mahathir, banyak kaum Muslim yang menganggap para pelaku peledakan bunuh diri Palestina sebagai martir (pahlawan yang mati syahid). Tapi, di lain pihak, tak ada penghargaan diberikan kepada orang-orang yang mempelajari ilmu pengetahuan, matematika, teknologi, dan lain sebagainya, yang sangat penting bagi pembangunan kemampuan pertahanan negara-negara Islam.

Mahathir, yang sering berseberangan dengan Amerika Serikat tapi mendukung AS dalam perang melawan terorisme, mengatakan, serangan bom bunuh diri bukanlah cara untuk membangun kembali kejayaan Islam. Ia mengingatkan bahwa keselamatan tak akan tercapai dengan cara membunuh orang-orang yang tak berdosa. “Lebih baik kita menyusun rencana jangka panjang dan melaksanakannya untuk menjadi yang terbaik di segala bidang," serunya.

Mahathir, yang mengkritik serangan Amerika Serikat dan koalisinya ke Irak, mengatakan, ketika pasukan pimpinan AS menyerang Irak, umat Islam di seluruh dunia berdoa kepada Allah agar menyelamatkan kaum Muslim Irak dan negeri mereka. Namun, doa mereka tak terjawab.

Hal itu, katanya, bukan karena Allah telah meninggalkan umat Islam, melainkan karena mereka tak berusaha mengejar kemajuan dunia dalam bidang pengetahuan dan kemampuan untuk memproduksi senjata serta memiliki angkatan bersenjata yang disiplin dan terlatih untuk mempertahanan diri mereka.

Mahathir mengemukakan beberapa bukti sejarah untuk mendukung argumennya. Ia menyebutkan bahwa kerajaan Muslim Spanyol hilang dalam tahun 1492 setelah 500 tahun kejayaannya, karena para ulama mulai tidak suka mempelajari tentang hal-hal non-religi dan karya-karya non-Muslim. Akibatnya para ulama tidak mengetahui teknologi. Maka ia berpesan agar diseimbangkan pengetahuan duaniawi dengan pengetahuan relgius.

Ia mengatakan bahwa masyarakat Muslim pernah menjadi suatu kekuatan global di berbagai bidang, tetapi mereka tidak berhasil mempertahankan dengan perkembangan-perkembangan kaum Barat, dan kini mereka (masyarakat Muslim) menjadi lemah dan terbelakang.

Mahathir mendorong umat Islam agar memiliki kemampuan untuk menggetarkan hati musuh-musuh untuk mempertahankan diri, bukan sebagai agresor, melainkan untuk mempertahankan diri. "Kita harus membuat tank dan pesawat tempur. Untuk melakukannya, kita harus memahami ilmu pengetahuan," katanya dengan tegas.

Memang, dalam satu tahun belakangan ini, Malaysia melakukan perjanjian pembelian senjata secara besar-besaran. Mereka memesan 18 pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, tiga kapal selam dari Prancis, sistem rudal Inggris dan Rusia, dan 48 tank dari Polandia.

BIOGRAFI

Dr. Mahathir Mohamad menjadi perdana menteri keempat Malaysia, jabatan yang diamanahkan kepadanya sejak 16 Juli 1981. Setelah 22 tahun berkuasa, ia dengan legawa merencanakan akan melepas kekuasaan itu pada Oktober 2003. Dalam dua dekade pemerintahannya, ia telah membangun sebuah reputasi global sebagai salah satu pemimpin pemerintahan yang berani berbicara dan bijaksana di zaman ini. Lulusan Perguruan Tinggi King Edward VII bidang pengobatan di Singapura 1947, ini memulai karir sebagai pekerja kesehatan Pegawai Negeri Malaysia. Namun di tahun 1957, ia meninggalkan dinas PNS-nya untuk mendirikan klinik kesehatan di Alor Setar, ibukota negara bagian Kedah di mana ia lahir pada tanggal 20 Desember 1925. Mahathir mulai aktif dalam dunia politik sejak tahun 1945. Pertama kali ia terpilih menjadi anggota parlemen pada pemilu 1964. Lalu ia masuk dalam bursa calon Perdana Menteri pada Pemilu 1974. Pada pemilu berikutnya ia dilantik menjadi Menteri Pendidikan. Pada tahun 1976 ia menjadikan posisi deputi perdana menteri di dalam portofolio pendidikannya dan dalam waktu singkat ia menjadi Menteri Perdaganagan dan Perindustrian. Kemudian, ia terpilih menjadi perdana menteri tahun 1981.

DATA PRIBADI

Nama : Dr. Mahathir Mohamad Lahir : Alor Setar, Kedah 20 Desember 1925 Agama: Islam Jabatan: Perdana Menteri Malaysia (16 Juli 1981 – Oktober 2003) Pendidikan: Dokter dari Perguruan Tinggi King Edward VII Singapura 1947 Karir: Pegawai Dinas Kesehatan 1947-1957 Mendirikan klinik di Alor Setah 1957 Aktif dalam dunia politik sejak 1945 Anggota Parlemen 1964 Calon Perdana Menteri 1974 Menteri Pendidikan Deputi Perdana Menteri 1976 Menteri Perdagangan dan Perindustrian 1976 Perdana Menteri 1981 Dr. Mahathir became the fourth Prime Minister of Malaysia on 16 July 1981. He was admitted into the King Edward VII College of Medicine in Singapore in 1947. Upon graduation, he joined the Malaysian government service as a Medical Officer. He left in 1957 to set up his own practice in Alor Setar, the capital of the State of Kedah, where he was born on 20 December 1925. Dr. Mahathir has been active in politics since 1945. He was first elected as a Member of Parliament following the General Elections in 1964. He contested the 1974 General Elections where he was returned unopposed. Following the elections, Dr. Mahathir was appointed the Minister of Education. In 1976, Dr. Mahathir was made Deputy Prime Minister in addition to his education portfolio and became Minister of Trade and Industry shortly afterwards. He has led his country for the past 22 years. During those decades,, he has built a global reputation as one of the most outspoken — and thoughtful — government leaders of our time

Sumber :

*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia), dari berbagai sumber

Tidak ada komentar: